m y f a m i l y

m y   f a m i l y

Thursday, April 27, 2017

Pernikahan Abby dan Za: Menghadap wajah Tok Kadi

Bahagian 4

Rukun nikah semua orang dah tahu. Tapi ada satu perkara yang perlu dilakukan ketika nak menikah. Ia bukahlah syarat sah, atau rukun, atau kewajipan. Tapi ia adalah sesuatu yang tak dapat dielakkan. Mau tak mau kena jugaklah menghadap wajah Tok Kadi untuk satu jangka masa yang agak lama. Walau suka atau tak suka, masih kena duduk tekun depan juru nikah. Diam dan mendengar dengan penuh fokus. Itulah yang telah dilakukan oleh Abby sejak dari tadi - berdamping dengan Tok Kadi.

Za masih menanti saat akan diijab qabulkan.
Syafiq, Fai dan Syauqi terpaku mendengar khutbah juru nikah.
Abang Zai dan Abang Zahid sabar menunggu.
"Belum akad lagi", Koas mesej kat whatsapp.
Abby menanti dengan sabar.
Abby masih lagi sabar.
Kesabarannya mula menipis sedikit.
Abby tak banyak bergerak. Langsung tak bersuara. Tidak berkata-kata. Walau sepatah pun. Mata tidak berkelip. Otot tidak bergerak. Otak tidak berfikir. Segalanya kaku. Membeku. Bagai Si Tanggang yang disumpah ibu menjadi batu. Nafas pun ditahan-tahan. Takut mengganggu ucapan si juru nikah. Faiisal yang sedari tadi mendampingi Abby turut terikut-ikut dengan rentak Abby. Sama-sama terkaku beku. Cuma tangan Faiisal saja yang kelihatan bergerak-gerak menggosok-gosok belakang Abby yang terasa sedikit sengal. Sedikit sebanyak dapat menenangkan fikiran Abby yang agak gemuruh pada ketika itu.

Jam menunjukkan pukul 11 lebih pagi.
Kesabaran Abby semakin terhakis.
Faiisal menggosok belakang Abby. Abby tenang seketika.
Merenung wajah juru nikah dengan satu harapan - segerakanlah.
Faiisal terpaksa menggunakan jurus 'aura tunjang' bagi mententeramkan Abby.
Zuan telefon ambulan, takut-takut ada yang pengsan.
Tiba-tiba aku terpandang pada kolar baju Abang Zahid dengan ukiran kesenian Melayu yang sangat halus dan unik.
Juru nikah masih berbicara.
Seluruh hadirin dan hadirat juga membisu. Ruang dewan solat jadi sunyi. Sekadar suara juru nikah saja yang bergema-gema mengisi ruang. Semua bagaikan tertanya-tanya - lama lagikah Abby akan dinikahkan? Panjang lagikah khutbah nikah yang sedang dibacakan oleh juru nikah? Selepas ini apa pulak agendanya? Adakah juru nikah akan menyuruh Abby mengucap dua kalimah syahadah, membaca surah Al Fatihah, membaca doa qunut, membaca surah Yaasiin, surah Al Baqaroh dan berzanji? Itu semua kami tak tahu. Tak seorang pun yang tahu. Yang hadir sekadar menanti tanpa banyak menyoal. Kalau Abby kelihatannya tak sabar-sabar untuk bernikah dengan Za, para hadirin hadirat lebih-lebih lagilah tak sabar-sabar untuk melihat upacara akad nikah ini berlangsung.

Ahli keluarga turut mendengar dengan penuh fokus.
"Ini kisah panglima, Hikayat Hang Tuah".
Za melontarkan satu senyuman agar fikirannya lebih tenang.
Di satu sudut lain - ahli keluarga masih menanti.
Intan menemani Sabriena.
Okay. Baca kitab dah pun selesai.
Akhirnya Allahyarham Ayahanda kepada Za berjabat tangan dengan juru nikah, mewakilkan juru nikah untuk menikahkan Abby dengan Za. Maka kami semua tahu, saat yang ditunggu-tunggu sudah semakin hampir. Kali ini memang betul-betul akan berlangsung peristiwa bersejarah dalam kehidupan Abby dan Za. Abby menjeling ke arah Za. Za menjeling ke arah Abby. Kami menjeling ke arah juru nikah. Juru nikah menjeling ke arah cicak di siling masjid. Dan final count down pun bermula. Sepuluh, sembilan, lapan, tujuh, enam, lima, empat, tiga, dua, satu, kosoooonggggg.....!!!!!!

Bersambung...

Paparazzi mengambil video.
Mewakilkan Tok Kadi untuk menikahkan Za dengan Abby.
Abby telah 100% bersedia.
Faiisal menahan belakang Abby - takut-takut Abby tumbang ke belakang nanti.
"Siapa pulak yang nak tahan belakang aku, kalau aku tumbang nanti?" bisik hati kecil Faiisal.

No comments:

Post a Comment